Senin, 06 Desember 2010

Askep Angina

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi / Pengertian

· Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis dimana klien mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktifitas dan segera hilang bila klien menghentikan aktifitas ( Syaifullah,1998 :1082).

· Angina pektoris merupakan istilah medis untuk sakit atau ketidaknyamanan pada dada karena penyakit jantung koroner. Angina pektoris merupakan gejala dari kondisi iskemia miokardial yang mana terjadi ketika otot jantung (miokardium) tidak mendapatkan cukup oksigen yang diperlukan. Hal tersebut biasanya terjadi karena satu atau lebih arteri jantung menyempit atau tersumbat (American Heart Association, 2007).

· Angina Pektoris adalah nyeri dada khas jantung berupa sekumpulan gejala dengan gambaran rasa terjepit atau terperas di dada kiri sering menjalar ke leher, rahang, dan lengan kiri, lamanya 1-10 menit, terjadi waktu bekerja dan menghilang setelah istirahat. Dapat terjadi waktu istirahat dan bisa dicetuskan karena berjalan mendaki, cuaca dingin, emosi berlebihan, habis makan banyak, dan bersanggama (koitus).

2. Epidemiologi/Insiden Kasus

Di negara-negara maju dan beberapa negara berkembang seperti Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama. Di Amerika Serikat didapatkan bahwa kurang lebih 50 % dari penderita PJK mempunyai manifestasi awal Angina Pectoris Stabil (APS). Jumlah pasti penderita angita pectoris ini sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insidens angina pectoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213 penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung Amerika memperkirakan ada 6.200.000 penderita APS ini di Amerika serikat. Tapi data ini nampaknya sangat kecil bila dibandingkan dengan laporan dari dua studi besar dari Olmsted Country dan Framingham, yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3% sampai 3.5% dari penderita APS pertahun, atau kurang lebih 30 penderita APS untuk setiap penderita infark miokard akut. Unstable angina cenderung lebih sering menyerang orang lanjut usia, sedangkan pada varian angina biasanya terjadi pada yang masih muda. Walaupun demikian jenis varian ini sangat jarang terjadi yaitu 2 dari 100 kasus angina.

3. Penyebab/ Faktor Predisposisi


a. Aterosklerosis

b. Spasme pembuluh darah koroner

c. Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)

d. Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)

e. Anemia yang berat.

f. Hipoksemia

g. Policytemia

h. Stress

i. Pajanan terhadap dingin

j. Latihan fisik

k. Makan makanan berat


4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Penyebab angina diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. Angina biasanya disebabkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama. Sejumlah faktor yang dapat menyebabkan angina :

· Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung

· Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah disertai peningkatan kebutuhan oksigen.

· Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenteric untuk pencernaan sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. (Pada jantung yang sudah sangat parah pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).

· Stres atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekwensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

  1. Klasifikasi

1) Angina stabil

· Pada angina stabil keluhan nyeri dada timbul hilang berulang kali dalam periode waktu lebih dari 2 bulan dan tidak berubah polanya dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya rasa nyeri ataupun kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.

· Lamanya tiap serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan jarang melebihi 10 menit.

· Latar belakang AP stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang meningkat, misalnya pada waktu kerja fisik atau saat olah raga dan suplay coroner tidak dapat memenuhi kebutuhan aliran darah tersebut.

· EKG : terjadi depresi segment ST. Hal ini hilang bila istirahat dan diberikan nitrogliserin.

· Dapat dirasakan, konsisten, terjadi pada saat latihan dan hilang pada saat istirahat. Angina stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. angina noctural

nyeri terjadi malam hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini dapat di kurangi dengan duduk tegak. Biasanya angina noctural disebabkan oleh gagal ventrikel kiri.

b. angina dekubitus

angina yang terjadi saat berbaring lama

c. iskemia tersamar

terdapat bukti objektif iskemia ( seperti tes pada stress ) tetapi pasien tidak menunjukan gejala

2) Angina non stabil

· AP tidak stabil yang sering disebut sebagai angina pre infark disebabkan aterosklerosis arteri koronaria yang disertai trombosis akibat terkoyaknya bercak aterom yang memperberat stenosis dan menghambat aliran koroner secara mendadak, sehingga akhirnya dapat menyebabkan miokard.

· Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa episode AP yang tidak stabil lebih disebabkan suplay aliran koroner yang cepat menurun.

· Timbul pada saat istirahat.

· Frekwensi, intensitas dan durasi serangan angina meningkat secara progresif.

3) Varian angina /Angina prinzmental

Serangan nyeri dada pada AP prinzmental terjadi pada waktu istirahat dan berlangsung selama 1-15 menit kadang sampai 20 menit.

Seringkali timbul pada harian yang hampir sama

Serangan nyeri dada tersebut kadang kal dapat dicetuskan oleh merokok sigaret atau karena emosi berat.

AP prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang menyertai ateroskerosis arteri tersebut.

Nyeri angina yang bersifat spontan disertai elevasi segment ST pada EKG

6. Gejala Klinis

· Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.

· Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

· Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih dari 30 menit.

· Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

· Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.

· Gambaran EKG : depresi segmen ST lebih dari 1mm pada waktu melakukan latihan/aktivitas, terlihat gelombang T terbalik.

· Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

7. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Peningkatan frekwensi pernapasan > 20x/menit, klien meringis dan gelisah, klien mencengkeram bagian yang di rasa sakit, adanya keringat dingin, klien terlihat lemas, membrane mukosa lembab, klien terlihat pucat

Palpasi : Extremitas dingin, Heart rate > 100x/menit

Perkusi : Untuk mengetahui adanya pembesaran jantung atau pelebaran batas jantung

Auskultrasi : Mengetahui apakah ada suara tambahan (murmur, gallop)

8. Pemeriksaan Diagnostik

1. EKG
Karakteristik ischemia : depresi ST dan gelombang t terbalik

2. Monitor holter

· yaitu EKG fortable

· EKG monitor 24 jam – pasien tetap mengerjakan kegiatan harian

3. Angiografi koroner

Untuk melihat adanya penyempitan / sumbatan melalui suatu kateter yang dimasukan ke pembuluh koroner.

4. Foto Thoraks

Foto thorak pada Angina Pectoris biasanya normal. Foto thorak lebih sering menunjukan kelainan pada infark miokard atau penderita dengan nyeri dada yang bukan dari jantung.

5. Pemeriksaan stress ( stress testing )

· mengayuh pedal sepeda yang diam atau berjalan pada treatmill, selama pemeriksaan EKG direkam

· resiko infark miokard yaitu <>

· resiko kematian <>

9. Diagnosis Kriteria

1) Angina stabil

· nyeri dada timbul hilang berulang kali dalam periode waktu lebih dari 2 bulan dan tidak berubah polanya dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya rasa nyeri ataupun kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.

· Lamanya serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan jarang melebihi 10 menit.

· Latar belakang AP stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang meningkat.

· EKG : terjadi depresi segment ST. Hal ini hilang bila istirahat dan diberikan nitrogliserin.

· Dapat dirasakan, konsisten, terjadi pada saat latihan dan hilang pada saat istirahat.

2) Angina non stabil

· episode AP yang tidak stabil lebih disebabkan suplay aliran koroner yang cepat menurun.

· Timbul pada saat istirahat.

· Frekwensi, intensitas dan durasi serangan angina meningkat secara progresif.

3) Varian angina /Angina prinzmental

Serangan nyeri dada pada AP prinzmental terjadi pada waktu istirahat dan berlangsung selama 1-15 menit kadang sampai 20 menit.

Seringkali timbul pada harian yang hampir sama

Serangan nyeri dada tersebut kadang kali dapat dicetuskan oleh merokok sigaret atau karena emosi berat.

AP prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang menyertai ateroskerosis arteri tersebut.

Nyeri angina yang bersifat spontan disertai elevasi segment ST pada EKG

10. Terapi / Tindakan Penanganan

1) Pengobatan terhadap serangan akut berupa nitrogloserin sublingual tablet yang merupakan obat pilihan yang bekerja sekitar 1-2 menit dan dapat diulang dengan interval 3-5 menit.

2) Penceagahan serangan lanjutan :

a) Long acting nitrate yaitu ISDN 3 x 10-40 mg oral

b) Beta bloker : propanolol, metoprolol, nadolol, atenolol, dan pindolol

c) Kalsium antagonis : verapamil, diltiazem, nifedipin, nikardipin, atau isradipin.

3) Tindakan invasive : Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA), laser coronary angioplasty, Coronary artery bypass grafting (CABG).

4) Olahraga disesuaikan.

11. Komplikasi

Komplikasi utama dari angina stable adalah unstable angina, infark miokard, aritmia, dan sudden death.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data subjektif yang mungkin muncul :

  • Klien mengeluh nyeri dada
  • Klien mengeluh sesak
  • Klien mengeluh lemas

Data objektif yang mungkin muncul :

  • Klien terlihat pucat
  • TTV yang abnormal
  • Klien terlihat gelisah
  • Kulit klien dingin
  • Pemeriksaan EKG didapatkan depresi segmen ST dan gelombang T terbalik
  1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1) Pola napas tidak efektif b.d. pemenuhan kebutuhan oksigen di paru-paru terganggu ditandai dengan klien mengeluh sesak napas, RR > 20 x/menit, klien menggunakan otot bantu pernapasan, adanya retraksi dinding dada.

2) Penurunan curah jantung b.d. penurunan kontraksi miokardium ditandai dengan Klien terlihat gelisah, klien mengeluh sesak napas, nadi klien cepat, tekanan darah klien rendah

3) Nyeri akut b.d. perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob ditandai dengan klien mengeluh nyeri, TTV abnormal, klien terlihat gelisah.

4) Intoleransi aktivitas b.d. transport oksigen ke tubuh terganggu ditandai dengan klien terlihat pucat, klien mengeluh lemas.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No

Tujuan Keperawatan

Intervensi

Rasional

1.

Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan pola nafas efektif dengan out come :

· Pasien tidak sesak nafas

· RR 16-20 x/menit

· klien tidak menggunakan otot bantu pernapasan

· tidak adanya retraksi dinding dada.

· Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh adanya dispnea, penggunaan obat bantu napas, pelebaran nasal.

· Berikan posisi semi/fowler tinggi

· Kolaborasi : Pemberian O2

· Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgesic berlebihan. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.

· Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi namun pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang mudah untuk bernafas

· Dapat menstabilkan suplai O2 ke jantung dan mengurangi sesak nafas.

2.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan curah jantung stabil dengan outcome :

· tidak ada sesak napas

· Heart rate 60-100 x/menit

· Klien tidak gelisah

· Pantau tanda vital

· Anjurkan tirah baring.

· Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam melakukan aktivitas diri

· Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK

· Kolaborasi : pemberian kalsium antagonis

· Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan pada TD dapat juga terjadi karena respons jantung.

· Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi

· Penghematan energi, menurunkan kerja jantung

· Angina hanya gejala patologis yang disebabkan iskemia miokard.

· Dapat melebarkan dinding otot polos anterior koroner dan tidak terjadi vasokontriksi

3.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharap nyeri berkurang dengan kriteria hasil :

· keluhan nyeri dada berkurang (skala 0-10)

· klien dapat beristirahat dengan tenang.

· Klien tidak gelisah

· Nadi 60-100 x/menit

· Manajemen Nyeri

· Anjurkan posisi istirahat

· Pantau kecepatan/irama jantung

· Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina

· Pertahankan tenang, lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu

· Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan

· Dengan manajemen nyeri rasa nyeri dapat dikurangi

· Dengan beristirahat dapat menstabilkan suplai O2 ke jantung

· Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut yang terjadi pada respons terhadap iskemia dan/atau stres

· TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi

· Stres mental/emosi meningkatkan kerja miokard

· Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, menurunkan risiko serangan angina

4.

Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan aktivitas klien dapat meningkat

out come :

· Klien tidak lemas

· Memperlihatkan kemajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin).

· Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah,
pernapasan).

· Kaji respon individu terhadap aktivitas.

· Meningkatkan aktivitas secara bertahap.

· Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas

· Dengan mengkaji respon klien tehadap nyeri dapat dikurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila. Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau 6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).

· Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap akan dapat membuat mobilisasi klien mengalami kemajuan.

· Dengan mengajarkan metoda penghematan energy klien dapat mengontrol seberapa besar energy yang diperlukan, seberapa lama dapat melakukan aktivitas, dan seberapa lama harus istirahat sehingga klien aktif meningkatkan aktivitasnya.

4. Evaluasi

1) Klien mengatakan sesak nafas berkurang, RR 16-20 x/menit, klien tidak menggunakan otot bantu pernapasan, tidak adanya retraksi dinding dada.

2) Klien mengatakan tidak sesak napas, heart rate 60-100 x/menit, klien tidak gelisah

3) Klien mengatakan nyeri dada berkurang, klien dapat beristirahat dengan tenang, klien tidak gelisah, nadi 60-100 x/menit

4) Klien mengatakan sudah tidak lemas, klien mengatakan dapat melakukan aktivitasnya, klien terlihat lebih bersemangat, klien dapat melakukan perawatan diri tanpa dibantu, klien dapat melakukan mobilisasi tanpa dibantu.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito. 2004. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC : Jakarta

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta

Mansjoer, Arif M. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC : Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar